“Pemberdayaan Masyarakat pada Pendampingan Ibu Menyusui Melalui Edukasi dan Aplikasi ASIPku dalam Meningkatkan ASI Eksklusif dan Pencegahan Stunting.”

Minahasa Tenggara – Upaya menekan angka stunting terus digalakkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Minahasa Tenggara. Salah satu langkah nyata datang dari Poltekkes Kemenkes Manado yang baru-baru ini menggelar program pengabdian masyarakat di Desa Silian I, Kecamatan Silian.

Program ini mengusung judul “Pemberdayaan Masyarakat pada Pendampingan Ibu Menyusui Melalui Edukasi dan Aplikasi ASIPku dalam Meningkatkan ASI Eksklusif dan Pencegahan Stunting.” Kegiatan berlangsung dengan melibatkan dosen, mahasiswa, tenaga kesehatan, hingga para kader desa.

Tim pengabdian masyarakat dipimpin oleh Dorce Sisfiani Sarimin, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An, bersama Djoni Ransun, M.Kes, dan Ns. Syenny Syahrier, S.Kep. Empat mahasiswa turut dilibatkan, yakni Anna Maria Rangkonusa, Eugina Rumagit, Kevin Polohan, dan Paulina Bangunan.

Acara pembukaan dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Kepala Puskesmas Silian Stevi S.E. Manampiring, SKM, Hukum Tua Desa Silian I Fenly Meteng, serta Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Manado Rolly H.S. Rondonuuwu, M.Kep., Ns., Sp.KMB.

Dalam sambutannya, Fenly Meteng menekankan bahwa kegiatan semacam ini sangat membantu masyarakat desa. “Kami di desa menyambut baik program pendampingan ini. Banyak ibu yang masih ragu bagaimana cara memerah dan menyimpan ASI dengan benar. Dengan adanya aplikasi ASIPku, informasi menjadi lebih mudah diakses kapan saja,” ujarnya.

Materi yang diberikan dalam kegiatan meliputi ceramah, diskusi, hingga pemutaran video edukasi. Para peserta belajar tentang teknik memerah air susu ibu (ASI), menyimpan ASI perah (ASIP), serta cara menyiapkan dan memberikan ASIP kepada bayi.

Tidak berhenti di situ, peserta juga diajak untuk mempraktikkan keterampilan tersebut melalui simulasi dan redemonstrasi. Dengan metode ini, para ibu hamil, ibu menyusui, dan kader kesehatan dapat langsung menguasai keterampilan yang dibutuhkan.

Ketua Tim Pengabdian, Dorce Sisfiani Sarimin, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. “ASI eksklusif adalah hak bayi sekaligus langkah paling efektif mencegah stunting. Melalui edukasi dan aplikasi ASIPku, kami ingin membantu ibu-ibu agar lebih percaya diri dalam memberikan ASI,” katanya.

Salah satu terobosan dalam program ini adalah penggunaan aplikasi digital bernama ASIPku. Aplikasi ini dirancang sebagai media pendamping bagi para ibu menyusui.

Di dalamnya tersedia berbagai fitur, mulai dari artikel dan video edukasi, tautan konsultasi langsung dengan konselor ASI, hingga forum komunitas ASI yang memungkinkan para ibu saling berbagi pengalaman. Dengan adanya platform digital ini, diharapkan keterbatasan informasi di desa tidak lagi menjadi kendala.

Menurut salah satu peserta, seorang ibu muda di Desa Silian I, aplikasi tersebut sangat membantu. “Dulu saya bingung bagaimana menyimpan ASI kalau harus ditinggal kerja. Lewat aplikasi ASIPku saya bisa lihat video cara menyimpannya, bahkan bisa bertanya langsung ke konselor. Rasanya lebih tenang,” ungkapnya.

Suasana kegiatan berlangsung hangat dan interaktif. Para peserta aktif bertanya, terutama seputar kendala yang mereka hadapi dalam pemberian ASI. Ketika sesi kuis digelar, para ibu pun antusias berebut untuk menjawab pertanyaan.

Evaluasi juga dilakukan melalui kuesioner yang mengukur pengetahuan dan sikap peserta, sedangkan keterampilan dinilai dengan lembar observasi. Hasil awal menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta tentang pentingnya ASI eksklusif.

Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian di Sulawesi Utara, termasuk Minahasa Tenggara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, prevalensi stunting di provinsi ini tercatat 21,3 % pada 2023, sedikit meningkat dari 20,5 % pada 2022.


Gambar 1. Tren prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Utara (2021–2023). Sumber: SSGI 2021–2022, SKI 2023.

Tren provinsi menunjukkan penurunan dari 21,6 % (2021) menjadi 20,5 % (2022), sebelum naik kembali menjadi 21,3 % (2023). Target penurunan pada 2024 dipatok di bawah 19 %.

Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Utara, prevalensi stunting di Minahasa Tenggara tercatat 26,5 % (SSGI 2022). Angka ini lebih tinggi dibanding Kota Manado (18,5 %) maupun Kota Tomohon (18,9%), tetapi sedikit lebih rendah dari Bolaang Mongondow Selatan (25,2 %).


Gambar 2. Prevalensi stunting menurut SSGI 2022 di kabupaten/kota Sulawesi Utara. Minahasa Tenggara (oranye) tercatat 26,5 %.

Data ini menunjukkan bahwa tantangan stunting di Minahasa Tenggara memerlukan penanganan serius, khususnya di tingkat desa seperti Silian I.

Perjalanan Minahasa Tenggara dalam menurunkan stunting menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada 2022, angka stunting masih cukup tinggi yakni 26 %, namun turun drastis menjadi 15 % pada 2023. Pemerintah daerah kini menargetkan 14 % di tahun 2024, sejalan dengan target nasional.


Gambar 3. Tren prevalensi stunting Kabupaten Minahasa Tenggara: 26 % (2022), 15 % (2023), dan target 14 % pada 2024. Sumber: SSGI 2022, SKI 2023, target Pemkab Minahasa Tenggara.

Capaian ini mencerminkan komitmen kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam mendukung tumbuh kembang anak yang sehat dan bebas stunting.

Poltekkes Kemenkes Manado berkomitmen melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap kegiatan ini. Setiap peserta akan dipantau secara periodik untuk memastikan pengetahuan yang didapat benar-benar dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rolly H.S. Rondonuuwu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Manado, menyampaikan apresiasinya. “Pengabdian ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan langkah nyata dalam mendukung program nasional percepatan penurunan stunting. Kami berharap kegiatan ini bisa direplikasi di desa-desa lain,” katanya.

Sementara itu, para mahasiswa yang terlibat juga merasa mendapatkan pengalaman berharga. Kevin Polohan, salah satu mahasiswa, mengaku bangga bisa ikut serta. “Kami belajar langsung berinteraksi dengan masyarakat, memberi edukasi, sekaligus melihat dampaknya. Ini pengalaman yang tidak bisa digantikan oleh teori di kelas,” tuturnya.

Kegiatan pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Manado di Desa Silian I menjadi bukti nyata bahwa pencegahan stunting memerlukan pendekatan kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan. Edukasi tatap muka yang dipadukan dengan teknologi digital seperti aplikasi ASIPku menjadi kombinasi efektif untuk mendampingi ibu menyusui. Dengan semangat gotong royong, harapannya semakin banyak keluarga di Minahasa Tenggara yang memahami pentingnya ASI eksklusif. Langkah sederhana ini diyakini mampu menghasilkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan bebas dari stunting. (Press Jurkep Polkesdo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *